Para Pecinta Aulia Allah

Para Pecinta Aulia Allah
Hadhrotusy Syaikh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqy

Senin, 19 April 2010

meningkatkan keberkahan hidup

MENINGKATKAN KEBERKAHAN HIDUP

Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah pada detik ini kita semua dalam keadaan islam, iman serta sehat sehingga kita semua dapat berkumpul bersama dalam menghadiri majelis ini yang Insya Allah barokah, hal ini tak lain adalah karena kehendak Allah SWT. Inilah yang dinamakan taufik hidayah dari Allah SWT, mari kita bersama-sama mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah ini. Semoga kita semua termasuk hamba yang selalu bersyukur kepada Allah SWT, sehingga kita dapat memperoleh RidhoNya. Amiin..
Sholawat serta salam mari kita haturkan selalu kepada junjungan orang-orang mulia serta hamba tercinta langit dan bumi, yaitu Nabi besar Muhammad SAW, yang mana karena jasa-jasa beliaulah dunia ini menjadi begitu terang benderang yakni karena ajaran agama Islam yang dibawa oleh beliau. Dan mudah-mudahan pula Allah meridhoinya berikut segenap keluarga keluarga dan sahabat-sahabatnya yang setia. Semoga kita semua termasuk hamba yang selalu mencintai Rosulullah Saw, sehingga kelak di Akhirat nanti kita akan mendapatkan syafaat dari Rosulullah Saw. Amiin.
Hadirin yang dirahmati oleh Allah Swt, sebuah nikmat Allah yang sering kita lupakan dalam hidup ini adalah nikmat waktu yang telah diberikan oleh Allah kepada kita, sebab sungguh menjadi orang yang merugi jika kita tidak pandai-pandai menggunakan waktu yang telah Allah berikan kepada kita. Sebuah contoh sederhana adalah peringatan tahun baru yang kita adakan ini bertujuan untuk mensyukuri nikmat waktu yang telah Allah berikan, namun jangan sampai nikmat waktu ini kita sia-siakan sehingga kita akan menjadi manusia yang merugi. Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat memanfaatkan waktu ini sehingga kita mendapatkan keberkahan hidup dari Allah Swt.
Coba kita ingat kembali bagaimana sejarah peristiwa hijrah Nabi Saw yang menjadi awal perubahan kehidupan umat islam. Nabi Muhammad ketika itu berhijrah dari mekkah ke madinah, dan kita sebagai umat Nabi Saw tentunya kita harus meniru perbuatan beliau, namun kita sesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Kalau Rosulullah dulu berhijrah dari satu ke tempat yang lainnya, maka wujud hijrah kita adalah perubahan, yaitu perubahan untuk mendapatkan keberkahan hidup dari Allah Swt. Berubah yang dulunya salah, sekarang menjadi soleh. Yang dulunya suka marah-marah, sekarang menjadi ramah tamah. Insya Allah jika semua ini diawali dengan niat yang bersungguh-sungguh, Allah akan ridho kepada kita sebab, segala hal yang mengundang ridho Allah adalah berkah, Allah hanya akan memberikan berkahNya kepada sesuatu yang Dia ridhoi. Sebaliknya, jika perbuatan tersebut mengundang murka Allah, maka Allah tidak akan memberikan berkahNya. (Maman Imanulhaq, 2008)
Hadirin yang berbahagia, siapa yang tidak ingin hidupnya penuh keberkahan dari Allah Swt? Tentu, kita semua menginginkannya. Ada 15 hal yang menyebabkan dicabutnya berkah.
1. Tidak adanya takwa dan rasa takut kepada Allah
Jika kita tidak bertaqwa dan merasa takut kepada Allah, niscaya hidup kita akan hampa sama sekali dari kebaikan dan berkah. Dan kita bukanlah termasuk orang mukmin yang sejati, karena diantara cirri-ciri orang mukmin yang sejati ialah bertaqwa kepada Allah serta merasa takut kepadaNya dan waspada terhadap siksaNya. Hal itu sesuai dengan firman Allah Ta'ala :
                                     
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. (Al Anfal 2-4).
Ali ra mengatakan, takwa adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Agung, mengamalkan ajaran AlQuran, ridho terhadap bagian yang sedikit , dan mencari bekal untuk persiapan menyambut hari kiamat. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Saudaraku sesama muslim jika kita benar-benar bertakwa dan merasa takut kepada Allah, niscaya Allah akan menurunkan berkahNya dari langit mupun bumi. Berkah dari langit adalah berupa turunnya hujan, dan berkah dari bumi adalah melimpahnya tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, banyaknya binatang ternak, dan adanya keselamatan serta kedamaian. Jadi letak kebajikan segala kebajikan dan berkah segala berkah ada pada takwa kepada Allah dan rasa takut kepadaNya. Semoga kita semua termasuk hamba Allah yang demikian. Amiin.
2. Tidak adanya ikhlas dalam beramal
Allah tidak akan berkenan memberkahi suatu amal yang kita lakukan, kecuali jika kita melakukannya dengan disertai rasa ikhlas. Dan kita juga tidak akan merasakan nilai rezeki kita dan manisnya kehidupan kita, kecuali jika kita mengupayakan dengan jerih payah dan bersungguh-sungguh dalam beramal hanya untuk keridhoan Allah, bukan keridhoan siapapun. Dengan demikian Allah akan memberkahi amal kita. Tentu saja hal itu akan membuat tenang jiwa kita dan membuat senang hati kita. Al-Quran sebagai sumber syariat kita yang suci bersih telah menerangkan keutamaan ikhlas dan mendorong kita kepadanya, sebagaimana yang telah diungkapkan dalam salah satu ayatnya :
                  
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)". (Al A'raf 29)
Maka sangat teranglah bagi kita bahwa sesungguhnya amal itu harus didasari dengan rasa ikhlas. Tanpa ikhlas amal apapun tidak patut disebut sebagai amal shaleh, atau dengan kata lain, amal seperti itu tidak mengandung kebaikan serta keberkahan sama sekali. Saudaraku sesama muslim, Rosulullah Saw telah bersabda, "sungguh beruntung orang-orang yang ikhlas. Mereka adalah pelita-pelita petunjuk. Dari pantulan cahaya pelita mereka terlihat dengan jelas seluruh fitnah yang gelap." Jadi pada hakekatnya, ikhlas berarti mencari keridhoan Allah dalam setiap amalan yang kita kerjakan, dan hal itu harus selalu ada pada hati kita. Sebab semua amal perbuatan kelak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Swt. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Wahai saudaraku sesame muslim, mari kita mengusahakan untuk selalu ada keikhlasan dalam setiap amal kita, supaya hidup kita penuh dengan kebajikan serta berkah, dan selalu berada dalam perlindungan serta petolongan Allah.
3. Tidak menyebut nama Allah, ketika memulai suatu pekerjaan, ketika berdzikir dan beribadah kepadaNya
Setiap amal yang tidak kita awali dengan menyebut nama Allah maka akan terputus dari kebajikan dan berkah. Syetan akan bersama kita dalam amal yang kita lakukan itu. Dan segala sesuatu yang yang terkait serta ditemani syetan, niscaya berkahnya terputus. Oleh karena itu sebutlah nama Allah jika hendak makan, minum, mengenakan pakaian, naik kendaraan, bersetubuh dengan pasangan suami istri, dan sebagainya. Sebab dengan demikian berkah Allah akan dating. Selain itu, menyebut nama Allahsekaligus juga dapat mengusir syetan, dan berkah pun dating tanpa ada yang menghalanginya.
Rosulullah Saw telah bersabda : "Apabila seseorang masuk ke rumahnya lalu ia menyebut nama Allah saat memasukinya dan saat hendak menyantap makanannya, maka syetan berkata (kepada kawan-kawannya), "tidak ada tempat menginap dan santap malam untuk kalian." Tetapi apabila saat masuk rumah ia tidak menyebut nama Allah, syetan berkata (kepada kawan-kawannya), "kalian mendapatkan tempat mengninap." Dan apabila saat hendak menyantap makanannya ia juga tidak menyabut nama Allah, syetan berkata, "kalian mendapati tempat menginap sekaligus santap malam." (H.R. Muslim dari Jabir bin Abdullah). (Fitriani, 2006)
Begitu juga ketika kita mendengar adzan, hendaklah kita menjawab adzan tersebut. Tinggalkan ketika itu juga pekerjaan yang sedang kita lakukan, kita penuhi seruan Tuhan dan pergi untuk sholat dengan runduk dan khusu', dan hal itu sedikitpun tidak akan mengurangi nilai rezeki pekerjaan kita tersebut, karena Allah akan memberikan berkah kepada kita, (Maman Imanulhaq, 2008) sebagaimana dalam firmanNya :
    •                   
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki. (Al Jumuah 11)
Wahai saudaraku sesame muslim, mari kita mengusahakan untuk selalu menyebut nama Allah, ketika memulai suatu pekerjaan, ketika berdzikir dan beribadah kepadaNya kita, supaya hidup kita penuh dengan kebajikan serta berkah, dan selalu berada dalam perlindungan serta petolongan Allah.
4. Memakan harta haram
Sesungguhnya Allah Taala tidak akan berkenan memebrikan berkah pada harta kita yang haram, karena harta yang tidak baik seperti itu hanya mengundang adzab Allah dan tidak mengandung kebajikan serta keberkahan sama sekali. Sekali lagi Allah tidak akan berkenan memberkahi kesehatan, usia, anak-anak, maupun rumah tangga kita. Bagaimanapun juga, kapan pun itu, dan dimanapun berada, seorang muslim dituntut untuk mencari rezeki yang halal, kita tidak boleh mengeluh atau malu dalam mencarinya, sebagaimana dalam sabda Rosulullah Saw, ”Mencari yang halal itu sangat fardhu setelah fardhu-fardhu yang lain". (HR. Ath Thabrani dan Al Baihaqi).
Bagaimanapun juga harta haram itu tidak ditrima di sisi Allah. Harta seperti itu sama sekali tidak menjanjikan manfaat, kebajikan, pahala dan berkah. Harta seperti itu justru akan menimpakan dosa kepada pemiliknya ketika ia membelanjakan atau mendermakannya, bahkan bias menjadi bekalnya ke neraka, Rosulullah Saw bersabda, "Barang siapa mengumpulkan harta haram kemudian mendermakannya, maka hal itu tidak akan mendatangkan pahala bahkan akan mencelakakannya". (HR' Ibnu Khuzaimah dalam shahih Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam shahih Ibnu Hibban, dan Al Hakim). (Fitriani, 2006).
Wahai saudaraku sesame muslim, kebajikan ada pada memakan harta yang halal secara baik, dan berkah segala berkah itu ada pada memakan harta yang baik-baik serta menjauhi yang haram.
5. Tidak berbakti kepada orang tua dan menelantarkan hak-hak anak
Hidup kita akan kosong sama sekali dari kebajikan dan berkah jika kita tidak mau berbakti kepada kedua orang tua kita. Padahal merekalah yang telah bersusah payah memelihara, mengasuh, membesarkan, dan mendidik kita supaya menjadi seorang yang saleh. Bahkan mereka pun rela untu begadang semalam suntu demi menjaga kita. Dalam pandangan Allah durhaka dan tidak mau berbakti kepada orang tua termasuk kategori dosa yang paling besar. Hal itu sesuai dengan firman Allah :
                           •       • 
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (An Nisa' 36) (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Wahai saudaraku sesame muslim perintah berbakti dan berbuat baik kepada orang tua dan perintah menyembah serta mengesakan Allah, sudah cukup jelas bagi kita bahwa hal itu menunjukan adanya keberkahan dalam mengerjakan perintah tersebut. Jadi berkah segala berkah itu juga ada pada berbakti dan berbuat baik kepada mereka berdua.
6. Memutuskan tali kekeluargaan dan tali silaturahmi
Sesungguhnnya Allah tidak akan berkenan memberikan berkah terhadap kita atau rumah kita natau ajal kita atau anak-anak kita jika kita tidak mau menyambung dan memelihara hubunan dengan kaum kerabat kita, sehingga kita dikategorikan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi,sebagaimana yang difirmankan oleh Allah :
                  
Maka Apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (Muhammad 22-23)
Maka sudah sangat jelas bahwasanya kebajikan dan berkah juga ada pada pemeliharaan hubungan dengan kaum kerabat dan berbuat baik kepada mereka. Apabila seorang hamba mau menyambung serta memelihara hubungan dengan kaum karib kerabatnya, niscaya Allah berkenan menyambungnya dengan memberikan hidayah dan rahmatNya, sehingga hidupnya penuh dengan kebajikan dan berkah. Tetapi sebaliknya apabila ia memutuskan hubungan dengan mereka, niscaya Allah juga memutuskannya dengan menurunkan murka serta adzab berupa kesempitan, kesusahan dan laknat, sehingga hidupnya penuh dengan derita yang tak sanggup ia jalani. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Wahai saudaraku sesame muslim, demikianlah berkah dan kebajikan terdapat dalam menyambung hubungan kekeluargaan atau silaturahmi. Karena sesungguhnya hal itu dapat melapangkan rezeki karena adanya berkah dan dapat memperpanjang usia karena adanya kekuatan, kesehatan, serta keselamatan.
7. Kikir dan enggan berderma
Sesungguhnya Allah tidak berkenan memberikan berkah terhadap harta yang ditahan oleh pemiliknya dan tidak dinafkahkan untuk hal-hal yang diwajibkan. Perbuatan seperti itu adalah kikir, dan kikir itu adalah karakter yang tercela dan dikecam. Allah, Rosulullah dan semua manusia tidak menyukainya. Kikir adalah seruan syetan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah yaitu
        •       
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (Al Baqarah 268)
Orang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surge, dan dekat dengan neraka. Harta orang kikir itu dilucuti berkahnya sehingga tidak mengandung kebajikan dan keberkahan sama sekali, karena sifat kikir itu akan mendorong orang yang bersangkutan pada bencana dan kehancuran, sehingga ia tergolong orang-orang yang merugi. Pada hari kiamat kelak, harta orang kikir itu akan dikaluingkan pada lehernya. Setelah dipanaskan dalam neraka jahanam, selanjutnya ia akan disetrikakan pada setiap bagian anggota tubuhnya sebagai balasan atas kekikirannya dalam mendermakan hartanya, dan juga sebagai balasan atas kegemarannya menimbun harta tanpa maumenyumbangkannya di jalan Allah. Karena itu, setiap orang muslim hendaknya mengetahui bahwa sifat kikir itu menimbulkan pengaruh-pengaruh yang buruk dalam kehidupan dunia, dan mengakibatkan berbagai kerusakan yang fatal di akhirat nati. Wahai saudaraku sesame muslim, tidak ada berkah dan kebajikan di dalam kehidupan orang-orang yang kikir selama mereka di dunia dan di akhirat kelak. Bahkan mereka akan mendapatkan siksa yang sangat pedih. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008). Oleh karena itu, mari kita tekun untuk bersedekah dan menafkahkan harta yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita.
8. Tidak bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal
Sesungguhnya hidup akan terasa hampa dari kebajikan dan berkah, jika seseorang dalam beramal hanya mengandalkan sebab musabab belaka, tanpa mau mengandalkan Allah. Dan akibatnya, ia tidak termasuk orang yang bertawakkal kepada Allah dan tidak dapat menjadi mukmin yang sejati. Tawakkal kepada Allah bias menambah kebajikan dan berkah dalam hidup, karena tawakkal termasuk maqam dan tingkatan agung yang menjanjikan kecintaan Allah. Setiap orang yang seperti itu, Allah lah yang akan mencukupi keperluannya, memberikan petunjuk, yang menjamin dan menjaganya dari syetan, sebagaimana firmanNya,
             •           
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Ath Thalaq 3). (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Wahai saudaraku sesama muslim, dengan demikian kebajikan dan berkah juga terdapat pada kepercayaan penuh kepada Allah atau tawakkal.
9. Tidak senang dan tidak puas terhadap apa yang ditentukan Allah
Hidup kita akan terasa hampa dari kebajikan dan berkah jika kita tidak senang terhadap apa yang ditentukan Allah bagi kita, dan tidak puas atas apa yang telah kita miliki. Sebaliknya, jika kita merasa senang atas apa yang ditentukan Allah dan merasa puas atas apa yang kita miliki, maka jasmani dan rohani kita akan merasa nyaman, dan di mata Allah kita akan dipandang sebagai orang yang terpuji. Disamping itu hidup kita akan penuh dengan segala kebajikan dan berkah, sebagaimana sabda Rosulullah; "Sungguh mulia orang yang merasa puas dengan bagian yang telah ditentukan, dan sungguh nista orang yang rakus".(Fitriani, 2006).
Apabila seseorang merasa tidak senang terhadap apa yang telah diberikan kepadanya dan tidak puas atas apa yang telah ada ditangannya, niscaya selamanya ia tidak akan pernah merasakan nilai rezekinya dan manisnya kehidupan. Akibatnya, ia merasa hidupnya hampa dari kebajikan dan berkah, sekalipun sebenarnya ia telah memperoleh harta yang cukup banyak dan mendapatkan kesenangan-kesenangan duniawi yang melimpah ruah. Harta sedikit yang mampu mencukupi kebutuhan hidup seseorang, terkadang lebih utama dari pada harta banyak yang justru mencelakakannya. (Maman Imanulhaq, 2008)
Wahai saudaraku sesama muslim, demikianlah berkah segala berkah dan kebajikan segala kebajikan ada dalam keridhoan atas apa yang dibagikan untuk kita serta ada juga pada kepuasan kita dalam menerima apa yang sudah ada di tangan kita, walaupun sedikit.
10. Melakukan maksiat serta dosa dan tidak mau bertaubat serta memohon ampunan
Sesungguhnya harta yang dihasilkan dari perbuatan maksiat dan dosa sama sekali tidak mengandung kebajikan serta berkah, karena Allah telah mengancam orang yang berbuat maksiat tersebut dengan penghidupan yang sempit dan sulit. Maksiat itu dapat menghilangkan berkah agama dan dunia, sehingga tidak akan mendapati sedikitpun berkah yang ada pada waktu, agama dan dunia. Dalam hal ini Rosulullah bersabda, "Hukuman maksiat itu ada tiga, penghidupan yang sempit, kesulitan yang luar biasa, dan tidak bias mencari makan kecuali dengan cara durhaka kepada Allah".
Bilal bin Sa'ad berkata, "Janganlah kamu melihat kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa kamu durhaka".
Muhammad bin Ka'ab Al Qutthubi mengatakan, "Tidak ada satupun ibadah kepada Allah yang paling disukaiNya dari pada meninggalkan maksiat".
Hudzaifah berkata, "Apabila seorang hamba melakukan dosa, ia membuat satu noktah hitam pada hatinya. Apabila ia melakukan dosa lagi, ia membuat satu noktah lagi pada hatinya, sehingga seluruh hatinya akan berwarna hitam." (Fitriani, 2006).
Tenggelam dalam kesenangan nafsu dan maksiat dapat melemahkan iman. Bahkan ada sementara orang yang terlalu sering berbuat maksiat, mereka sampai berani mengingkari dan mendustakan Rosulullah saw demi menuruti kejahatan serta kefasikannya, akibatnya mereka pun terjebak dalam kekufuran. Semoga Allah melindungi kita dari hal itu. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008).
Oleh karena itu, jika kita berbuat maksiat serta dosa, maka segeralah berhenti dari perbuatan itu, keluarlah dari kubangan dosa-dosa untuk bergegas taat kepada Allah sebagai orang yang bertaubat dan menyesal serta memohon ampunan kepada Allah, hal itu dikarenakan supaya hidup kita diliputi oleh berkah dan kebajikan. Allah berfirman,
                 •    
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (Nuh 10-12).
11. Mendidik dan membesarkan anak-anak tidak berdasarkan agama
Anak-anak adalah belahan hati kita, bagian jiwa kita, bunga harum dunia kita, dan buah hasil kehidupan kita. Karena kehadiran mereka rumah kita terasa semarak. Oleh karena itulah Islam sangat menekankan pentingnya mendidik anak-anak dengan baik, supaya mereka menjadi orang saleh, memperoleh berkah, dan berguna bagi diri sendiri serta masyarakatnya dimanapun mereka berada. Perhatian Islam terhadap pentingnya pendidikan anak-anak sudah dimulai sejak dini, yaitu semenjak mereka lahir dan seterusnya. Contohnya, anjuran mengumandangkan adzan pada telinga bagian kanan dan iqamat pada telinga bagian kiri si bayi. Disamping itu seetiap muslim sangat dianjurkan untuk mengajarkan kalimat tauhid La Ilaha Illallah (tiada Tuhan selain Allah) kepada anaknya sebagai kata-kata yang pertama kali ia ucapkan kepada si anak. Tetapi celakanya ada sementara kaum ayah yang mengajari anak-anak mereka dengan kata-kata yang tidak layak atau dengan kalimat-kalimatasing atau percakapan-percakapan televise atau sinema dan lain sebagainya. Akibatnya, si anak susah untuk meninggalkan perbuatan yang tidak terpuji tersebut dan tidak ada berkah maupun kebajikan pada dirinya. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Selanjutnya waijb hukumnya mendidik serta membesarkan anak-anak dengan nilai-nilai agama, karena hal itulah yang menjanjikan kebajikan, berkah dan kebahagiaan, Allah Swt berfirman,
        ••              
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim 6).
Oleh karena itu didiklah dan besarkanlah anak-anak dengan ajaran-ajaran Islam, agar kebajikan dan berkah dapat kita peroleh dari Allah Swt.
12. Membuat kerusakan di muka bumi
Kebajikan dan berkah akan menjauhi kahidupan orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi di manapun berada. Karena mereka layak mendapat laknat atau kutukan dari Allah. Orang seperti itu tidak akan mendapatkan kebajikan dan berkah di dunia dan akhirat. Allah melarang hamba-hambaNya membuat kerusakan di bumi. Allah memperingatkan mereka dari perbuatan tercela tersebut, sebagaimana firmanNya,
        •  •      
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al A'raf 56).
Artinya, manusia dilarang merusak sesuatu yang ada di muka bumi. Termasuk dalam larangan merusak tersebut ialah merusak nyawa dengan cara membunuh atau memotong-motong anggota tubuh, merusak harta benda dengan cara menguasai hak orang lain tanpa seizinya (ghasab), mencuri, merusak agama dengan pemikiran yang menyimpang (bid'ah), merusak nasab keturunan dengan cara berzina, homo, merusak akal pikiran dengan cara mabuk, fitnah, dan lain sebagainya termasuk merusak segala tanam-tanaman serta binatang-binatang. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Saudaraku sesama muslim, dimanapun kita berada janganlah berbuat kerusakan. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang membuat kebaikan, supaya jiwa, akal, agama, dan seluruh kehidupan kita terjaga dari hal-hal buruk serta tetap penuh berkah dan kebajikan. Amiin..
13. Tidak mensyukuri nikmat Allah
Kalau kita tidak mau bersyukur kepada Allah atas nikmatNya, niscaya hidup akan hampa dari kebajikan dan berkah serta kebahagiaan. Dan kita pun akan tergolong orang-orang yang mengkufuri nikmat dan pantas ditimpa adazab Allah yang sangat pedih. Sebaliknya, jika kita slalu bersyukur kepada Allah atas nikmatNya serta tidak mengkufurinya, niscaya Allah akan menambahkan nikmat yang banyak, dan kita akan selamat dari siksa serta cobaan-cobaanNya di dunia dan di akhirat. Allah berfirman,
         •   
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim 7)
Karena pentingnya rasa syukur ini, iblis slalu berusaha untuk membujuk manusia agar mereka tidak mau besyukur kepada Allah, iblis tahu bahwa di mata Allah syukur itu memiliki kedudukan yang sangat besar dan sangat tinggi. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008)
Saudaraku sesama muslim, mari kita bersyukur kepada Allah dan memanjatkan pula pujian kepadaNya, supaya Dia meridhoi kita dan memberkahi seluruh hidup kita. Amiin..
14. Percekcokan rumah tangga
Sungguh tidak ada kebajikan, berkah, dan kebahagiaan dalam kehidupan yang isinya hanya percekcokan, perselisihan dan perbedaan apapun penyebabnya. Terlebih jika terjadi antara sepasang suami istri yang telah diikat oleh sebuah ikatan yang sangat kuat. Sesungguhnya problema dan perselisihan antara sepasang suami istri dapat melenyapkan berkah dan kebahagiaan. Sebagai akibatnya keutuhan rumah tangga pun menjadi pecah dan berpengaruh pada lenyapnya generasi penerus dan hancurnya masyarakat.
Untuk mengatasi ini semua, Islam telah menerapkan berbagai solusi atau cara penyelesaian yang dapat mengakhiri perselisihan antara sepasang suami istri, menghilangkan kebencian dan membuat keadaan rumah tangga kembali menjadi tenang, sehingga tetap diliputi berkah, kebajikan serta kebahagiaan.apabila seorang istri dlam panadangan suaminya telah melampaui batas kewajaran karena berbagai alas an yang terkait dengan kehidupan rumah tangga, maka yang harus dilakukan oleh suami adalah member nasehat secara baik-baik, memisahkan diri di tempat tidur, kemudian memukul dengan tidak sampai berlebihan, sebagaimana firman Allah,
                                       •     
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (An Nisa' 34). (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008).
Sebagai hasilnya, kehidupan rumah tangga akan diliputi oleh banyak kebajikan serta berkah dan kebahagiaan.
15. Mendoakan buruk diri sendiri, anak-anak dan harta
Sungguh!! Tidak aka nada kebaikan dan berkah sama sekali pada diri kita, anak-anak serta harta kita jika kita berdoa demi kecelakaan mereka. Karena sangat boleh jadi Allah mengabulkan doa itu seketika itu juga, sehingga hal itu menjadi bencana yang membuat kita menyesal. Oleh karena itulah Rosulullah melarang kita mendoakan celaka kepada diri sendiri, anak-anak dan harta kita, beliau bersabda,
"janganlah kamu mendoakan celaka atas dirimu sendiri. Janganlah kamu mendoakan celaka atas anak-anakmu. Dan janganlah kamu mendoakan celaka atas harta bendamu. Jika doa kamu tersebut bertepatan dengan saat di mana Allah mengabulkan pemberian, niscaya doamu tadi dikabulkan". (HR. Muslim) (Fitriani, 2006).
Adalah kewajiban seorang muslim untuk mendoakan yang baik-baik, supaya semua urusan dan keadaannya tetap berlangsung baik di mana pun ia berada. Supaya kita merasakan adanya berkah serta kebahagiaan pada diri kita, ananak-anak kita harta benda kita, dan keluarga kita, lalu kita pun biasa menuainya sehari demi sehari, maka berdoalah memohon kebajikan untuk mereka semua. Yakinlah bahwa doa anda dikabulkan oleh Allah. Lakukan itu sesering mungkin, jangan lemah dan jangan buru-buru. Jangan pernah ada pikiran, aku telah banyak berdoa kepada Allah, tetapi kenapa belum juga dikabulkannya. Upayakan berdoa terutama pada momen-momen yang mulia seperti pada waktu hari jumat, bulan ramadhan, dan sebagainya. Lakukan berdoa dengan cara-cara yang baik. Allah berfirman,
         
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Abu Al-Hamd Abdul Fadhil, 2008).
Oleh karena itu, mari kitaberdoa dengan tekun kepada Allah. Sesungguhnya di dalam doa itu terdapat kebajikan, berkah dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Demikian beberapa penjelasan yang telah saya sampaikan. Semoga dengan adanya peringatan tahun baru hijriyah ini mampu membawa perubahan pada diri kita, sehingga kita di berkahi Allah dengan khusnul khotimah, serta semoga kelak di akherat nanti kita mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Saw, sehingga kita dimasukan di surga Allah dan dapat berjumpa dengan Allah. Amin ya robbal alamiin..
Saya sebagai manusia biasa apabiala ada tutur kata yang salah dan kurang berkenan, saya mohon maaf yang sebesarnya,

Wallahulmuwafiq ila aqwa miththoriq
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

1 komentar:

ahmad mengatakan...

wah.. menakjubkan.
terima kasih ustadz..