Para Pecinta Aulia Allah

Para Pecinta Aulia Allah
Hadhrotusy Syaikh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqy

Senin, 19 April 2010

REFLEKSI SABAR DAN SYUKUR

REFLEKSI SABAR DAN SYUKUR


اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ,
اَلله اَآْبَرُ آَبِيْرًا, وَالْحَمْدُ للهِ آَثِيْرًا, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً
اَلْحَمْدُ للهِ-اَلْْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
حَمْدًا يُوَافِئُ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
اَلْحَمْدُ للهِ الََّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى
وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ آُلِّهِ
وَآَفَى بِاللهِ شَهِيدًا
أَشْهَدُ أَنْ لإَاِلَهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَسُوْلُ اللهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ
آَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى الِ اِبْرَاهِيْمَ
فِى اْلعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم
مُّسْلِمُونَ
اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ, اَلله اَآْبَرُ,وَِللهِ الْحَمْدُ
http://ahmadzain.wordpress.com/2006/12/27/khutbah-idul-adha-1427-h/#more-28))
Jama’ah Idul Adha yang diberkati dan dirahmati Allah swt.
Pertama-tama marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke hadirat Illahi Rabbi yang telah mencurahkan begitu banyak kenikmatan dalam hidup kita; baik itu nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat ilmu pengetahuan, nikmat kesehatan, nikmat keluarga, nikmat harta, dan nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung dan tidak dapat kita hitung. Semoga Allah swt memberikan kita hikmah dan kebijaksanaan untuk dapat mensyukuri semua nikmat tersebut secara baik, benar dan berkelanjutan. Hari Raya Idul Adha ini merupakan suatu hari yang membahagiakan bagi kita semua, terutama bagi saudara-saudara kita yang tengah menunaikan ibadah Haji di tanah suci Makkah Al Mukarromah.
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Bagi Bapak dan Ibu yang telah melaksanakan ibadah Haji mungkin dapat memaklumi bahwa pelaksanaan proses ibadah Haji menuntut kesabaran yang cukup tinggi dari para jamaah Haji. Semua prosesi ibadah Haji, apakah itu thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, lempar jumrah serta aktivitas keseharian lainnya selama Haji, umumnya menuntut kesabaran yang ekstra tinggi. Apalagi kalau kita mempertimbangkan jumlah total jamaah Haji yang berkumpul, kondisi iklim dan topografi yang tidak biasa kita hadapi serta karakteristik sosial budaya dari masyarakat setempat yang relatif keras. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa salah satu ujian dari ibadah Haji adalah ujian kesabaran, baik lahir maupun batin.
Kesabaran dalam melaksanakan ibadah Haji juga bermuara pada rasa syukur yang tak terhingga bagi para jamaah. Bahkan ketika pertama kali menjejakkan kaki di tanah suci, rasa syukur sudah menggelora. Alhamdulillah, undangan Allah swt dapat dipenuhi. Apalagi begitu semua prosesi Haji bisa diselesaikan dengan baik dan selamat. Alhamdulillah kita telah mengunjungi Rumah Nya. Semua kesulitan yang dihadapi dengan sabar akhirnya bisa dinikmati dengan rasa syukur yang mendalam untuk semua rahmat dan perlindungan Nya.
Makna kesabaran dalam prosesi Haji dan Idul Adha juga sudah tercermin dalam kisah Nabi Ibrahim as, Siti Hajar ra dan Nabi Ismail as. Bayangkan kesabaran Nabi Ibrahim ketika membawa Siti Hajar dan bayinya Ismail ke tengah padang pasir yang tidak berpenduduk dan meninggalkan mereka berdua di sana. Bayangkan kesabaran Siti Hajar untuk menjalani semuanya. Bayangkan kesabaran Nabi Ibrahim untuk siap ‘mengorbankan’ putranya tercinta yang remaja, dan bayangkan kesabaran Ismail untuk siap ‘dikorbankan’, dan bayangkan juga kesabaran seorang Siti Hajar, seorang Ibu yang rela anaknya ‘berkorban’. Kesabaran yang ketinggian kualitasnya susah dibayangkan dalam kerangka pemikiran manusia ‘modern’ saat ini. Kualitas kesabaran jenis inilah yang dapat merombak sejarah manusia dan kemanusiaan. (Syahroni Irham, 2007 : 26)
Allahu Akbar, wa lillahil hamd
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Kata sabar (ash-shabr) mempunyai makna asal menahan atau mengurung. Dalam kesabaran terkandung makna keteguhan, tidak putus asa, bekerja secara keras, cerdas dan ikhlas karena Allah swt, serta ditopang dengan doa tulus ke hadirat Illahi Rabbi. Sabar tidak berarti sikap hidup fatalistik, menyerah tanpa syarat dan upaya. Sabar adalah sikap hidup yang pantang menyerah, dinamis, dan optimistik dalam konteks mencari keridhaan Allah swt. (Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, 2006 : 16)
Para ulama mengkategorikan sabar dan kesabaran dalam tiga kategori yaitu :
1. Sabar dan kesabaran dalam mematuhi dan melaksanakan perintah Allah swt.
2. Sabar dan kesabaran dalam menjauhi semua larangan Allah swt.
3. Sabar dan kesabaran dalam menghadapi semua ketetapan (takdir) Allah swt, seperti cobaan dan musibah.
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Sabar adalah adalah salah satu jalan yang utama menuju Allah swt. Allah swt menyebutkannya lebih dari sembilan-puluh kali pada berbagai tempat di dalam Al-Qur’an. Sabar dan kesabaran merupakan karakteristik insani yang penting dan krusial dalam kehidupan seorang muslim. Pentingnya sabar bisa disadari dari banyaknya perintah Allah swt untuk selalu mengakrabi dan mengimplementasikan kesabaran dalam sikap hidup dan kehidupan kita, seperti yang dicontohkan pada ayat-ayat Al-Qur’an berikut :
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (Al-Baqarah 153).
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (Al-Baqarah 155).
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung". (Ali Imran 200).
Allahu Akbar, wa lillahil hamd
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Kehidupan Rasulullah saw sendiri merupakan contoh yang sangat baik dari implementasi sabar dan kesabaran. Kesabaran beliau dalam berdakwah dan berinteraksi dengan para musyrikin Makkah, munafikin Madinah, kaum Yahudi Madinah dan tentunya dengan para sahabat beliau dan masyarakat secara umum telah berbuah pada keharuman dan kegemilangan Islam hingga sampai saat ini.
Al-Qur’an juga penuh dengan contoh-contoh kesabaran para Nabi dan Rasul untuk dapat kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Kesabaran Nabi Adam dalam bertaubat; kesabaran Nabi Nuh dalam berdakwah selama ratusan tahun; kesabaran Nabi Ibrahim dalam menegakkan semangat tauhid; kesabaran Nabi Sulaiman dengan kekuasaan dan kekayaannya; kesabaran Nabi Yusuf dalam menghadapi gangguan dan cobaan; kesabaran Nabi Musa dalam menghadapi Fir’aun; dan kesabaran Nabi Ayyub dalam menghadapi cobaan sakit, adalah contoh mutiara-mutiara kesabaran yang perlu kita miliki. (Jalaluddin Rakhmat, 2002 : 74) Imam Ali r.a. juga pernah berkata : “Manusia yang sabar tidak akan kehilangan keberhasilan, walaupun untuk menggapainya diperlukan waktu yang cukup lama”. Seseorang yang kapasitas dan sumberdayanya terbatas pun, insya Allah akan sampai juga tujuan, dengan menggunakan sabar dan kesabaran sebagai pakaian kesehariannya.
Bagi rekan-rekan militer, keteguhan Panglima Besar APRI, Jenderal Sudirman dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan melawan penjajahan adalah salah satu contoh kesabaran dalam berjuang membela kebenaran. Meski dalam keadaan sakit TBC dan harus ditandu oleh bawahannya, beliau tetap bergerilya melawan Belanda, berpindah-pindah sejauh lebih dari 1000 km, melalui hutan, pegunungan dan medan yang berat selama enam bulan.
Bagi rekan-rekan para pengusaha, kesabaran sahabat Rasulullah saw, Usman bin Affan dan Abdullah bin Auf, dalam mengelola dan menyedekahkan harta kekayaannya untuk perjuangan Islam juga menarik untuk disimak. Usman bin Affan ra membekali ribuan prajurit Islam ketika perang Tabuk dan menggali sumur Raumah untuk kepentingan kaum muslimin. Abdurahman bin Auf ra telah menginfakkan 700 unta dalam satu saat saja, lengkap dengan perbekalan, perlengkapan dan makanannya di jalan Allah swt.
Bagi rekan-rekan ekonom, kesabaran Muhammad Yunus dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Bangladesh dengan sistem kredit mikro melalui Grameen Bank nya adalah contoh teladan yang masih segar. Kesabarannya selama 25 tahun membuahkan penghargaan Nobel dan simpati warga dunia, disamping banyaknya kaum miskin Bangladesh yang terbantu hajat hidupnya.
(Http://Alislamu.Com/Index.Php?Option=Com_Content&Task=View&Id=374&Itemid=6)
Allahu Akbar, wa lillahil hamd
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Tidak dapat dipungkiri kesabaran akan bermuara pada kebahagiaan dan kemaslahatan, serta berbuahkan hal-hal yang bermanfaat secara hakiki bagi manusia. Allah swt sendiri telah menyatakan hal tersebut dalam beberapa firman Nya dalam Al-Qur’an, sebagaimana yang dicontohkan berikut ini :
أُوْلَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
"Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan". [Al Qashash : 54].
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". [Az-Zumar : 10]
بَلَى إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوآُم مِّن فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْآُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ ءَالاَفٍ مِّنَ الْمَلاَئِكَةِ مُسَوِّمِينَ
"Ya! Kalau kamu sabar dan memelihara diri, sedang mereka datang kepadamu (menyerang) dengan cepatnya, Tuhan akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang akan membinasakan". [QS.Ali ‘Imran: 125].
وَجَعَلْنَا مِنْ هُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَآَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ
"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan selalu meyakini ayat-ayat Kami". [As-Sajadah : 24].
Rasulullah saw juga banyak memuji sifat sabar dan kesabaran serta manfaatnya yang berlimpah bagi mereka yang memiliki dan mengimplementasikannya, seperti yang dicontohkan dalam beberapa hadist berikut :
Dari Abi Malik al-Harits bin asim al-Asy'ari r.a, Rasulullah saw bersabda : “... Kesabaran itu penerangan (cahaya) ...” [Sahih Muslim].
Dari Abi Yahya Shuhaib bin sinan r.a, Rasulullah saw bersabda : "Sangat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, sebab keadaan bagaimanpun baginya adalah baik dan tidak mungkin terjadi demikian, kecuali bagi orang mukmin saja. Jika mendapat nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya; dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka itupun baik baginya." [Sahih Muslim].
Dari Abi Sa'id bin Malik bin Sinan al-Hudriyi, r.a,... (Rasulullah saw bersabda) : “... Barang siapa menjaga kehormatan diri, maka Allah akan menjaga kehormatan dirinya. Barang siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Barang siapa yang bersabar, maka Allah akan membuatnya sabar. Seseorang tidak diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran” [Sahih Muslim].
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Dalam kehidupan sehari-hari sabar dan kesabaran dalam mencari keridhaan Allah swt sangat diperlukan, karena kerap kita menghadapi sesuatu yang tidak kita sukai atau tidak kita inginkan. Sabar dan kesabaran dalam mencari keridhaan Allah swt akan berbuahkan kemaslahatan dan kebahagian, untuk yang bersangkutan maupun komunitas di sekitarnya. Buah sabar dan kesabaran ini dapat ranum dalam waktu singkat ataupun setelah jangka waktu tertentu dan kerap melintas generasi, sebagaimana dicontohkan dalam kisah berikut.
Menjelang dini hari pada suatu malam, Khalifah Umar bin Khattab ra, disertai pengawalnya melakukan sidak kepinggiran kota. Beliau mendengar percakapan dua orang wanita di gubuk kecil. Kata sang Ibu: "Campur saja susunya dengan air." ”Tapi amirul mukminin Umar telah mengeluarkan peraturannya yang melarangnya,Ibu," jawab anak gadisnya. "Khalifah Umar toh tidak akan mengetahuinya," kilah sang Ibu. "Kalau Umar tidak mengetahuinya, tapi Allah pasti mengetahuinya, Ibu!" jawab sang anak. Dialog kedua insan ini teramat berkesan di hati Khalifah Umar. Esok harinya ia menyuruh aparatnya untuk meyelidiki kedua wanita itu. Ternyata suami dari Ibu itu telah gugur di medan perang. Hidup mereka serba kekurangan. Putri Ibu itu seorang gadis. Singkat cerita, Umar melamar gadis itu untuk dinikahkan dengan putranya Ashim. Pernikahan pun berlangsung. Dari hasil perkawinan itu lahir seorang anak perempuan yang kelak dinikahi oleh Abdul Azis bin Marwan. Dan kemudian lahirlah Umar bin Abdul Azis, khalifah yang tersohor adil dan zuhud itu, yang banyak jasanya bagi ummat Islam dan harum namanya sampai saat ini. (Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, 2006 : 92)
Allahu Akbar, wa lillahil hamd
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, agama itu terdiri dari dua bagian yaitu sabar dan syukur. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita jadikan keduanya sebagai pakaian keseharian kita, untuk melindungi iman dan amal kita dari hal-hal yang dapat membuat keduanya ‘sakit’ dan ’lemah’.
Syukur dapat dipandang sebagai suatu sikap lahiriah dan juga batiniah untuk menunjukkan dan mengekspresikan rasa terima kasih atas suatu nikmat kepada sang pemberi nikmat. Bagi seorang muslim, Allah swt adalah pemberi nikmat yang tidak terhitung kuantitas dan kualitasnya. Nikmat yang tidak mungkin dihitung, sebagaimana yang difirmankan dalam QS An-Nahl : 18 :
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Rasulullah saw beribadat hampir pada seluruh malam. Ia berdiri lama sekali sehingga telapak kakinya bengkak dan pecah-pecah. Banyak sahabat bertanya, mengapa ia harus beribadat seperti itu, bukankah Allah swt telah mengampuni dosa-dosanya dan telah menjanjikannya surga. Rasulullah menjawab, "Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur?"
Rasulullah saw yang begitu mulia saja masih merasa belum cukup bersyukur atas segala nikmat dari Allah swt. Kebanyakan kita, yang dosanya menggunung dan belum pasti juga apakah diperkenankan oleh Allah swt untuk memasuki surga Nya, nampaknya perlu belajar banyak tentang cara bersyukur dari Rasulullah saw serta para nabi dan Rasul sebelum beliau.
Rasa syukur yang mendalam bukan saja membuahkan kesabaran untuk menaati Tuhan, tetapi juga kesabaran untuk menerima musibah daripada-Nya. Ada suatu kisah yang menarik tentang hal itu. Sa’di, penyair Persia, menceritakan pengalamannya ketika ia selesai shalat di Masjid Umayyah, Damaskus. Ia mendapatkan sepatunya hilang. Ia mencari ke sana ke mari dengan hati yang dongkol dan sedih. Sa’di menggerutu terus-menerus, sampai di sudut masjid ia menemukan seorang penceramah di hadapan jamaahnya. Khatib itu selalu tersenyum. Wajahnya cerah gembira. Ia tampak menikmati hidupnya. Sangat kontras dengan wajah Sa’di, yang bermuram durja. Ketika Sa’di memperhatikan khatib itu lebih cermat, ia terkejut. Khatib itu sudah kehilangan kedua kakinya. "Aku berduka karena kehilangan sepatuku, padahal ia tetap ceria walaupun sudah kehilangan kedua kakinya." (Abu Bakr Jabar Al-Jaza’iri, 2003 : 114)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap berkeluh-kesah hanya untuk sesuatu hal yang sepele yang menganggu kita, dan melupakan sebagian besar hal lainnya yang baik dan telah menyenangkan kita selama ini. Sakitnya satu gigi membuat kita uring-uringan; sementara kita lupa bahwa semua organ tubuh kita lainnya telah dan tetap berfungsi dengan baik. Kadang kita sedih dengan bentuk badan kita yang kurus ataupun gemuk, sementara kita lupa bahwa akal dan fikiran kita masih berfungsi dengan sangat baik. Sebagai PNS kita kerap mengeluh dengan gaji kita yang kecil, sementara kita lupa bahwa Allah swt telah menganugerahkan pada kita keluarga yang sakinah dan kesehatan yang baik selama ini. Karena tidak diterima di ITB, masa depan terasa kelam; sementara kita lupa bahwa banyak orang yang bahagia dan sukses tanpa melalui proses belajar di ITB.
Bersyukur adalah belajar memperhatikan anugerah dan nikmat, yang sebetulnya jauh lebih banyak dan lebih bernilai ketimbang cobaan dan musibah. Dengan bersyukur, kita akan dapat menerima ketetapan dan ketentuan Nya, bersabar atas ujian-Nya serta ikhlas dalam menerima hasil usaha kita selama ini.
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Dalam Al-Qur’an Allah swt telah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat Nya dan telah menjanjikan manfaat dan pahala yang besar untuk orang-orang yang pandai bersyukur, yaitu seperti yang dicontohkan oleh ayat-ayat berikut:
فَاذْآُرُونِي أَذْآُرْآُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُون
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) –Ku". [QS Al-Baqarah : 152].
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا آُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَاآُمْ وَاشْكُرُوا للهِ إِن آُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah". [QS Al-Baqarah : 172].
وَسَيَجْزِي اللهُ الشَّاآِرِينَ
"Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur". [QS Ali-Imran : 144].
وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن آَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ آَرِيمٌ
"Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. [QS Al-Naml:40]
وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
"Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu syukurmu itu". [QS Az-Zumar ; 7].
Ibnu Abi Dunya’ juga mengatakan dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda : “Ada empat perkara yang barang siapa diberikan kepadanya empat perkara itu maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kebaikan duinia akhirat, yaitu : hati yang bersyukur, lisan yang berzikir, badan yang sabar menghadapi musibah, dan istri yang tidak menginginkan khianat pada diri sendiri dan pada harta suaminya”.
Agar lebih mudah bersyukur atas segala yang kita miliki, Rasulullah saw sebagimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, menganjurkan agar kita kerap memandang ‘ke bawah’, ke mereka yang lebih kurang beruntung dari kita, baik dari segi harta maupun akhlak.
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Secara tidak kita sadari, sebenarnya sudah banyak nikmat yang dianugerahkan oleh Allah swt pada diri kita. Baik itu nikmat iman, nikmat kehidupan, nikmat kesehatan, nikmat keluarga, nikmat pendidikan, dan nikmat-nikmat lainnya. Rasanya sangat tidak etis kalau kita tidak berterima-kasih dan bersyukur kepada yang memberikan semuanya yaitu Allah swt. Disamping itu bukankah bersyukur merupakan jalan untuk memperoleh lebih banyak nikmat dan enggan bersyukur akan mengundang azab dan siksa Nya.
Allah swt sendiri berfirman :
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن آَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدُ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [QS Ibrahim : 7].
Bencana yang silih berganti melanda bangsa dan masyarakat kita saat ini sudah seharusnya mencemaskan hati nurani kita. Apakah semua ini terjadi karena kita kurang bersyukur terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah swt ? Allah Yang Maha Tahu Jawabannya. Apapun jawabannya, sudah sepatutnya kita rakyat Indonesia bersyukur ke hadirat Allah swt atas segala nikmat yang telah dianugerahkan selama ini, seperti nikmat kemerdekaan, nikmat sumberdaya alam yang berlimpah, serta nikmat lingkungan geografis dan iklim yang subur dan ‘ramah’. Insya Allah, seandainya seluruh rakyat Indonesia bisa lebih kerap menggunakan pakaian sabar dan syukur dalam kesehariannya, bencana yang silih berganti tersebut dapat berhenti, dan selanjutnya kemakmuran dan kedamaian akan semakin merebak di bumi Indonesia.
Jama’ah Idul Adha yang diberkati Allah swt.
Di akhir khutbah Idul Adha ini marilah kita panjatkan doa ke hadirat Allah swt agar petunjuk, berkah dan rahmat Nya selalu tercurahkan pada kita semua. Semoga pada Hari Raya Idul Adha yang berkah ini kitapun dapat ‘mengorbankan’ semua pernak-pernik keduniawian dan nafsu detsruktif kita, sehingga kualitas kesabaran dan rasa syukur kita dapat meningkat, sehingga kita dapat lebih dekat dan mendekat ke nur keridhaan Allah swt. Sesuai dengan petunjuk Ilahi, marilah kita bertakbir mengagungkan asma Allah atas segala petunjuk-Nya dan marilah kita bersyukur atas segala rahmat dan karunia-Nya. Semoga kita semua senantiasa dapat mengikuti petunjuk Allah dan senantiasa memperoleh rahmat-Nya. Amiin

عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِي هذَا الْعِيْدِ السَّعِيْدِ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ، فَمَنْ أَطَاعَهُ فََهُوَ سَعِيْدٌ وَمَنْ أَعْرَضَ وَتَوَلَّى عَنْهُ فَهُوَ فِي الضَّلاَلِ الْبَعِيْدِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَآئِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
***

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ، أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، اللّهُمَّ أَصْلِحِ الرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار.
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَنِ وَجَانِبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

Tidak ada komentar: