Para Pecinta Aulia Allah

Para Pecinta Aulia Allah
Hadhrotusy Syaikh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqy

Jumat, 01 Januari 2010

The Power of dzikir

THE POWER OF DZIKIR
(Disampaikan Dalam Acara Majelis Dzikir Dan Haul Akbar Sidoarjo Di Alun-Alun Sidoarjo)

Assalamualaikum Wr.Wb
Hadirin yang saya muliakan, pada detik ini kita telah berada di suatu majelis yang diridhoi Allah, yakni majelis dzikir. Pada zaman sekarang majelis dzikir sangat kita butuhkan karena kebanyakan manusia telah disibukan oleh duniawi, sehingga sedikit sekali untuk mengingat pada Allah dan Rasul-Nya serta kurang bersilaturahmi terhadap sesama. Dalam tradisi kita mengenal praktik yasinan, manakiban, tahlilan, tujuh harian bagi orang yang meninggal, haul, dan lain-lain. Sedangkan dalam majelis dzikir, ritual tersebut tidak hanya memiliki makna niat ibadah kepada Allah, tetapi juga memiliki makna silaturahmi, bertemu orang lain, dan saling menyapa. Betapa besar keutamaan majelis dzikir ini sebagaimana Rasulallah SAW. bersabda :
“Sesungguhnya Allah memilik sekelompok Malaikat yang berkeling dijalan-jalan sambil mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka menemukan sekolompok orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka saling menyeru: ‘Kemarilah kepada apa yang kamu semua hajatkan’. Lalu mereka mengelilingi orang-orang yang berdzikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga kelangit. Apabila orang-orang itu telah berpisah (bubar dari majlis dzikir) maka para malaikat tersebut berpaling dan naik kelangit. Maka ber- tanyalah Allah swt. kepada mereka (padahal Dialah yang lebih mengetahui perihal mereka). Allah berfirman: ‘Darimana kalian semua’? Malaikat berkata: Kami datang dari sekelompok hamba-Mu dibumi. Mereka bertasbih, bertakbir dan bertahlil kepada-Mu. Allah berfirman; ‘Apakah mereka pernah melihatKu’? Malaikat berkata: Tidak pernah! Allah berfirman; ‘Seandainya mereka pernah melihatKu’? Malaikat berkata; Andai mereka pernah melihat-Mu niscaya mereka akan lebih meningkatkan ibadahnya kepada-Mu, lebih bersemangat memuji-Mu dan lebih banyak bertasbih pada-Mu. Allah berfirman; ‘Lalu apa yang mereka pinta pada-Ku’? Malaikat berkata; Mereka minta sorga kepada-Mu. Allah berfirman; ‘Apa mereka pernah melihat sorga’? Malaikat berkata; Tidak pernah! Allah berfirman; ‘Bagaimana kalau mereka pernah melihatnya’? Malikat berkata; Andai mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan ber- tambah semangat terhadapnya, lebih bergairah memintanya dan semakin besar keinginan untuk memasukinya. Allah berfirman; ‘Dari hal apa mereka minta perlindungan’? Malaikat berkata; Dari api neraka. Allah berfirman; ‘Apa mereka pernah melihat neraka’? Malaikat berkata; Tidak pernah! Allah berfirman: ‘Bagaimana kalau mereka pernah melihat neraka’? Malaikat berkata; Kalau mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan sekuat tenaga menghindarkan diri darinya. Allah berfirman; ‘Aku persaksikan kepadamu bahwasanya Aku telah mengampuni mereka’. Salah satu dari malaikat berkata; Disitu ada seseorang yang tidak termasuk dalam kelompok mereka, dia datang semata-mata karena ada satu keperluan (apakah dia akan diampuni juga?). Allah berfirman; ‘Mereka (termasuk seseorang ini) adalah satu kelompok dimana orang yang duduk bersama mereka tidak akan kecewa’ “. Dalam riwayat Muslim ada tambahan pada kalimat terakhir: ‘Aku ampunkan segala dosa mereka, dan Aku beri permintaan mereka’. (HR. Bukhori dan Muslim).
Muawiyah mengisahkan bahwa sesungguhnya “Nabi SAW. pergi mendapatkan satu lingkaran dari sahabat-sahabatnya, tanyanya; ‘Mengapa kamu duduk disini?’ Ujar mereka: ‘Maksud kami duduk disini adalah untuk dzikir pada Allah Ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk dan kurnia yang telah diberikan-Nya pada kami dengan menganut agama Islam’. Sabda Nabi saw.; ‘Demi Allah tak salah sekali ! Kalian duduk hanyalah karena itu. Mereka berkata; Demi Allah kami duduk karena itu. Dan saya, saya tidaklah minta kalian bersumpah karena menaruh curiga pada kalian, tetapi sebetulnya Jibril telah datang dan menyampaikan bahwa Allah swt. telah membanggakan kalian terhadap Malaikat“. (HR.Muslim)
Ibnu Umar juga mengisahkan bahwa Nabi SAW. bersabda : “Jika kamu lewat di taman-taman surga, hendaklah kamu ikut ber- cengkerama! Tanya mereka; ‘Apakah itu taman-taman surga ya Rasulallah’? Ujar Nabi saw.; ‘Ialah lingkaran-lingkaran dzikir karena Allah swt. mempunyai rombongan pengelana dari Malaikat yang mencari-cari lingkaran dzikir. Maka jika ketemu dengannya mereka akan duduk mengelilinginya”.
Hadirin yang kami muliakan, itulah tadi kisah-kisah tentang keutamaan majelis dzikir. Sebenarnya apakah dzikir itu? Dzikrullah atau mengingat Allah adalah senantiasa menghadirkan kalbu bersama Allah dan melepaskan diri dari kelalaian. Karena bila kita senantiasa mengingat Allah, maka Allah akan senantiasa mengingat kita. Sebagaimana difirmankan dalam Al Quran :
      
“Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula kepadamu) dan bersyukurlah kamu kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Al Baqarah 152)
Dengan demikian maka jelaslah bahwa dzikir mempunyai makna yang sangat tinggi. Dzikir akan membawa manusia ke dalam suasana ibadah yang istiqomah untuk senantiasa mengingat Allah di dalam hatinya. Dzikir akan menjadikan Allah sangat berperan dalam kehidupan kita menuju arah kebaikan. Oleh karena itu, amalan dzikir dipandang sebagai amalan yang sangat mulia dalam agama Islam, dan mulia di sisi Allah.
Akan tetapi sebagian orang akan bertanya-tanya mengapa kita harus berdzikir, bukankah untuk dapat lulus ujian kita harus belajar giat? untuk mendapatkan rezeki yang banyak kita harus bekerja keras? Orang yang sukses ada yang menganggap bahwa kesuksesannya adalah karena upaya atau hasil kerja kerasnya sendiri. Benarkah?. Cukupkah dengan belajar giat dan kerja keras kita langsung bisa mendapatkan hasil tanpa tanpa ada campur tangan Allah ?
Firman Allah menyatakan :
                •                  

“Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Dia bersemayam diatas ‘ arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang masing-masing tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam“.(Al A’raf 54)
Dari sini kita akan mengerti bahwa semua yang ada di dunia ini adalah Allah yang menghendaki dan menentukan serta menciptakannya. Oleh karena itu, kita harus selalu mengingat Allah kapanpun dan dimanapun. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT
           
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (Al Ahzab 41-42)
“Sesungguhnya Allah SWT. tidak pernah menetapkan suatu kewajiban ibadah kepada seorang hamba, kecuali Dia menentukan batasan-batasannya secara jelas. Kemudian Allah SWT. memaafkan hamba itu bila ia tidak sanggup melaksanakan kewajiban tersebut karena suatu udzur. Kewajiban yang tidak dimaafkan meninggalkannya adalah berdzikir; sebab Allah swt. tidak memberikan batasan tertentu. Berdzikir bisa dilakukan di waktu siang dan malam hari, di darat dan di laut, ketika dalam perjalanan atau di tempat tinggal, di waktu kaya atau pun miskin, waktu sehat atau sakit, di tempat tersembunyi atau di tengah keramaian, dan pada setiap kondisi.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda : “Maukah kuceritakan kepadamu tentang amalmu terbaik dan paling bersih dalam pandangan Allah swt, serta orang yang tertinggi derajatnya di antaramu, yang lebih baik dari menyedekahkan emas dan perak serta memerangi musuh-musuhmu dan memotong leher mereka, dan mereka juga memotong lehermu?” Para sahabat bertanya, “Apakah itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Dzikir kepada Allah swt.” (H.R. Baihaqi).
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Hari Kiamat tidak akan datang kepada seseorang yang mengucap ‘Allah, Allah’.” (H.R. Muslim). Anas r.a. juga menuturkan, bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Kiamat tidak akan datang sampai lafazh ‘Allah, Allah’ tidak lagi disebut-sebut di muka bumi.” (H.R. Tirmidzi).
Hadirin yang kami muliakan, kemudian manfaat apa yang kita dapatkan dengan berdzikir? Sungguh betapa besar manfaat yang akan kita dapatkan. Hal itu dikarenakan bahwa dzikir dipandang sebagai amalan yang sangat mulia dalam agama Islam, dan mulia di sisi Allah.manfaat-manfaat itu antara lain :
1. Allah akan dekat dengan kita dan akan mencintai kita.
Dari Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a: Rasulullah SAW. bersabda: "Allah SWT. berfirman: Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya seperti berlari-lari anak."
2. Tidak akan mendapatkan adzab dan akan dijauhkan dari siksa api neraka, sebagaimana hadist Rosulullah SAW.
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, sesungguhnya Rosulullah bersabda, "Barang siapa yang berdzikir mengingat Allah SWT, lalu air matanya berlinang karena rasa khusyu' dan takut kepada Allah SWT, kemudian butiran air mata tersebut jatuh membasahi bumi, maka di hari kiamat nanti, Allah tidak akan mengadzab orang tersebut. (HR. Ath Thabrani dan Al Hakim)
Diriwayatkan oleh Abu Raihanah ra. sesungguhnya Rosulullah bersabda, Api neraka diharamkan oleh Allah SWT menyentuh mata yang pernah meneteskan air mata atau mata yang mrnangis karena takut dan khusyu' kepada Allah SWT". (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Baihaqi)
3. Hati akan menjadi tentram, sebagaimana firman Allah,
            
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra’ad 28)
4. Kita akan menjadi orang-orang yang beruntung, sebagaimana firman Allah,
               
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Jumu’ah 10).
5. Kita akan menjadi orang yang pemberani dan yakin, sebagaimana firman Allah,
            
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung. (Al Anfal 45)
6. Dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah
                        
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Ankabut 45).
7. Dapat mengampuni dosa-dosa, sebagaimana firman Allah
                       
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Ali Imran 135).
8. Dapat mencerdaskan akal, sebagaimana dalam firman Allah
       •    
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ali Imran 190). (Maman Imanulhaq, 2008 : 59)

Hadirin yang kami muliakan, marilah terlebih dahulu kita renungi apa tujuan hidup kita? Apa yang akan dicapai dengan kehidupan yang serba sesaat ini? Bila tujuan akhir dari kehidupan ini adalah bertemu dengan Yang Maha pencipta, maka mengingatNya pada waktu kita hidup adalah hal yang mutlak. Mengingat Allah sesungguhnya diperlukan oleh manusia. Allah tidak memerlukannya. Namun memang Allah Maha Pengasih dan Penyayang, bila manusia mengingatNya Allah memberikan balasan yang pasti yaitu Allah menyediakan ampunan dan pahala yang besar, Allah akan memperhatikan. Diperhatikan oleh Yang Maha Pencipta adalah merupakan karunia dan rahmat nur Illahi. Bahkan malaikat Allah pun memohonkan ampunan untuk yang mengingatNya, sebagaimana firman Allah
              
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikatNya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (Al Ahzab 43)
Bila dalam mengingat Allah tersebut hanyalah rahmat yang diharapkan, maka manusia akan dapat meneladani Rasullullah, manusia pilihan Allah. Dan bagi manusia yang mengingat Allah dengan takut melalui ayat-ayat Al Qur’an, maka akan tenang dan tenteram pula hati serta getaran itu akan menyebabkan kulit manusia menjadi halus.
Ungkapan ini dapat pula diartikan bahwa dengan mengingat Allah, maka ketenangan akan menyebabkan kulit bersinar dan hati menjadi khusuk. Selain itu dengan mengingat Allah dipastikan bahwa manusia mendapat kebaikan, menjauhi kejelekan, cepat sadar terhadap perbuatan salah, selalu waspada terhadap godaan setan, menjadi tumpuan atau sandaran atau tempat bertanya bagi manusia lain, cerdas dan dapat dengan lebih mudah memahami Al Qur’an.
Rasullullah juga memberikan tanda perbedaan antara orang yang biasa berzikir dengan yang tidak berzikir dengan sabdanya : ”Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dan orang yang tidak mengingatNya, bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati". (HR. Bukhori). Ungkapan tersebut berarti hati kaum muslimin harus senantiasa berzikir (mengingat Allah), sebab jika tidak digunakan untuk berzikir kepadaNya, niscaya setanlah yang akan menempati ruang hati manusia itu”. (Maman Imanulhaq, 2008)
Demikian beberapa penjelasan yang telah saya sampaikan. Semoga majelis ini mampu membawa perubahan pada diri kita, sehingga kita di berkahi Allah dengan khusnul khotimah, serta semoga kelak di akherat nanti kita mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Saw, sehingga kita dimasukan di surga Allah dan dapat berjumpa dengan Allah. Amin ya robbal alamiin..
Saya sebagai manusia biasa apabiala ada tutur kata yang salah dan kurang berkenan, saya mohon maaf yang sebesarnya,

Wassalamualaikum. Wr. Wb.




DAFTAR PUSTAKA
Maman Imanulhaq, Zikir Cinta, Jakarta : Kompas, 2008
Majdi Muhammad, Saat-Saat Rosulullah Dan Sahabat Menangis, Jakarta : Pustaka Azam, 2004
Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, Jakarta : Gema Insani Press, TT
Http://thoriqoh-indonesia.org
Http://bahrusshofa.blogspot.com

Refleksi Cinta Nabi Muhammad SAW

REFLEKSI CINTA NABI MUHAMMAD SAW
(Disampaikan Dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Alun-Alun Sidoarjo)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah di malam yang mulia ini, malam peringatan kelahiran Nabi kita Muhammad SAW, waktu kita masa kita berlalu sedangkan kita berada di majelis yang mulia, sedangkan kita bersama-sama mendalami ilmu agama Allah. Inilah yang dikatakan taufik, inilah hidayah dari Allah SWT, dimana umur kita, masa kita berlalu sedangkan kita berada dalam suatu amalan yang diridhoi Allah SWT. Oleh karena itu mari kita bersungguh-sungguh menggunakan hati kita untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT ini. Semoga kita semua termasuk hamba yang selalu bersyukur kepada Allah SWT, sehingga kita dapat memperoleh RidhoNya. Amiin..
Sholawat serta salam mari kita haturkan selalu kepada junjungan orang-orang mulia serta hamba tercinta langit dan bumi, yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Beliau adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT, beliau adalah suri tauladan yang baik bagi kita. Beliau lah yang membawakan agama islam kepada kita, agama yang diridhoi oleh Allah SWT, agama yang merupakan rahmatan lilalamin, agama yang dapat menyelamatkan kita bukan saja di dunia tetapi sampai besok di akhirat. Oleh karena itu mari ita gunakan hati kita untuk selalu mencintai Rosulullah Saw, sehingga kelak di Akhirat nanti kita akan mendapatkan syafaat dari Rosulullah Saw. Amiin.
Hadirin yang dirahmati oleh Allah SWT, pada hari ini kita sedang memperingati suatu hari raya umat islam yaitu memperingati kelahiran kekasih kita Nabi besar Muhammad SAW. Beliau merupakan sebaik-baik makhluk yang Allah SWT hadirkan ke dunia. Sosok yang sesungguhnya wajib menjadi idola dan teladan. Sosok yang selayaknya senantiasa dirindukan dalam setiap tarikan nafas, dalam setiap gerak gerik dan tindak tanduk keseharian. Sosok yang diimpi-impikan untuk dapat diteladani akhlaknya. Sosok yang terlahir dengan membawa kesempurnaan dan untuk menyempurnakan akhlak. Tiada yang ia bawa kecuali peringatan-peringatan untuk menetapi jalan kebaikan dan kebenaran menuju sebuah cinta yang hakiki, yakni cinta kepada Allah SWT dan meng-esakan-Nya. Begitu mulianya nabi Muhammad di sisi Allah, sampai-sampai Allah mengatakan dalam hadist qudsi bahwa tanpa nur Muhammad, alam semesta ini tak pernah ada. Nur Muhammad merupakan makhluk pertama yang diciptakan Allah sebelum alam semesta beserta isinya diciptakan. Nur Muhammad lah yang menyinari seluruh asal mula kehidupan serta menyertai semangat perjuangan manusia dalam upaya meraih masa depan yang baik dan mulia. Muhammad ibn Abdullah, pemilik nur Muhammad itu terlahir dari seorang ibu yang terhormat, Siti Aminah, pada hari senin 12 Robiul Awwal tahun gajah atau bertepatan dengan 20 April 571 M. Ada cahaya terang benderangmenyertai kelahiran Beliau. Selain itu, ada peristiwa-pwristiwa aneh yang terjadi saat kelahiran Beliau yaitu hancurnya tempat penyembahan setan, padamnya api penyembahan majusi, keringnya danau babylonia, dll. (Maman Imanulhaq, 2008)
Hadirin yang dirahmati oleh Allah Swt, tahukah kalian? Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang Allah turunkan kepada kita dan manusia seluruhnya adalah diutusnya Nabi dan Rasul Muhammad SAW. Rasulullah amat sangat cintanya kepada kita. Beliau menyayangi kita, menginginkan keimanan dan keselamatan kita di dunia dan akhirat. Begitu besarnya cinta Nabi Muhammad kepada umatnya, hingga beliau rela mengorbankan dirinya demi kebahagiaan umatnya. Bahkan sebelum meninggal, beliau selalu teringat akan umatnya, dan terus menyebut ‘umatku.. umatku..’, hal itu dikarenakan bahwa beliau menginginkan keselamatan untuk semua umatnya. Beliau sangat sedih jika mendapati orang-orang tidak beriman dan tidak taat kepadanya.
Allah berfirman mengisahkan kesedihan Rasulullah SAW
              
Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At Taubah 128).
Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad SAW. Salah seorang istri beliau, Sayyidatina Aisyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu pun perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, tetapi itu berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya. Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah. (Maman Imanulhaq, 2008)
Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami sholat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas. Akhirnya, Rasulullahpun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah dililit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah SAW bergerak. Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti. (Al khaibawi Usman)
Teramat agung pribadi Rasulullah SAW, betapa besar kecintaan Beliau kepada umatNya sehingga para sahabat yang ditanya oleh seorang badui tentang akhlak beliau SAW, maka mereka hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau SAW. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman. Sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan Beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah SWT.
Hadirin yang dirahmati Allah, Cinta kepada Rasulullah adalah kewajiban kita sebagai Muslim sebagai bagian cinta kita kepada Allah. Sebagaimana Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an:
     •          
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Imron 31)
Allah memerintahkan kepada kita untuk taat dan mengikuti Nabi Muhammad dan apa yang beliau ajarkan, dan itu semua adalah sebagai bukti cinta kita kepada Allah. Bahkan Rasulullah harus lebih kita cintai dari pada diri kita sendiri. Rasulullah bersabda, yang artinya: Tiadalah salah seorang dari kalian beriman, sehingga aku lebih dicintai olehnya dari pada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya. (Fitriani, 2006)
Di zaman Rasulullah, para sahabat berlomba-lomba menunjukkan kecintaan mereka kepada beliau. Mereka rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan dirinya sendiri demi Rasulullah. Dikisahkan pada masa perang Uhud, ada 2 orang pemuda yang berlomba-lomba membunuh Abu Jahal karena dia telah menghina Nabi SAW. Keduanya akhirnya berhasil membunuh musuh Allah dan Rasul-Nya itu, dan salah seorang dari mereka mati syahid. Dikisahkan juga ketika Nabi SAW mulai berdakwah secara terang-terangan, beliau dilempari batu oleh para kafir quraisy. Dan pada saat itu Abu Bakar melindungi Beliau dan menjadi tameng bagi Rasulullah SAW. Kemudian tubuh dan kepala Abu Bakar penuh luka dan darah akibat lemparan batu para kafir quraisy, dan akhirnya Abu Bakar pun jatuh pingsan. Para keluarga Abu Bakar pun datang untuk membubarkan massa dan membawa Abu Bakar ke dalam rumah untuk dirawat. Setelah Abu Bakar sadarkan diri, ketika pertama kali dia membuka mata, yang diingatnya adalah Nabi Muhammad SAW. Padahal pada waktu itu dia mendapati dirinya penuh dengan luka, akan tetapi dia tidak memperdulikan hal itu dan malah mengingat dan mengkhawatirkan Nabi Muhammad SAW. (Lings Martin, 2008).
Dikisahkan juga, "Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih kucintai dari pada diriku dan anakku," kata seorang sahabat suatu hari kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW. "Apabila aku berada di rumah, lalu kemudian teringat kepadamu, maka aku tak akan tahan meredam rasa rinduku sampai aku datang dan memandang wajahmu. Tapi apabila aku teringat pada mati, aku merasa sangat sedih, karena aku tahu bahwa engkau pasti akan masuk ke dalam surga dan berkumpul bersama nabi-nabi yang lain. Sementara aku apabila ditakdirkan masuk ke dalam surga, aku khawatir tak akan bisa lagi melihat wajahmu, karena derajatku jauh lebih rendah dari derajatmu." Mendengar kata-kata sahabat yang demikian mengharukan hati itu, Nabi tidak memberi sembarang jawaban sampai malaikat Jibril turun dan membawa firman Allah berikut:
           •        
"Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah; yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, syuhada dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah teman yang se-baik-baiknya" (QS.An Nisa 69).
Salah seorang sahabat, yaitu Anas bin Malik mengisahkan: “Seorang penduduk badui menjumpai Rasulullah dan bertnya :”Wahai Rasulullah! Kapan hari Kiamat akan terjadi?” Beliau menjawab,” Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?” Ia menjawab,” Aku tidak memiliki persiapan, kecuali aku mencintai Allah dan RasulNya,” maka Rasulullah bersabda, ”Sungguh, engkau bersama orang-orang yang engkau cintai,” lalu Kami berkata: ”Demikian juga kami?” Beliau menjawab,”Ya.” Maka kamipun pada hari itu sangat berbahagia. (HR Bukhari Muslim) Lalu Anas: “Sungguh aku mencintai Allah, Rasulnya, Abu Bakar Dan Umar, lalu aku berharap bisa bersama mereka, walaupun aku belum beramal dengan amalan mereka”. (HR Muslim). (Al khaibawi Usman)
Para hadirin yang dirahmati Allah, bagaimana dengan kita? Saat ini, sudah sejauh mana rasa cinta kita benar-benar menghunjam dihati terhadap beliau SAW? Ucapan apa yang keluar dari bibir kita saat nama beliau SAW disebut oleh seseorang? Kemuliaan seperti apakah yang kita inginkan? Kemuliaan di mata manusia ataukah kemuliaan di sisi Allah SWT? Sungguh, sebaik-baik ucapan yang keluar dari bibir kita tatkala nama Rasulullah Muhammad SAW disebut adalah berupa ucapan sholawat dan salam yang kita sampaikan kepadanya. Dan tidaklah orang yang disebut pelit itu hanya orang yang tidak mau memberikan kelebihan hartanya, namun kata Rasulullah SAW dalam haditsnya, bahwa “Orang yang bakhil (pelit) itu adalah orang yang apabila disebut namaku (Muhammad SAW), namun ia tidak mau bersholawat kepadaku”. (Fitriani, 2006)
Sungguh, akan kemana wajah ini akan kita hadapkan. Malu rasanya saat ini kita jauh dari apa yang dirasakan para sahabat terhadap Rasulullah SAW. Para sahabat begitu haru biru ketika berada bersama Rasulullah SAW. Ada yang menangis saat disebut nama beliau SAW, ingin senantiasa bersama dan selalu menyertai beliau SAW, bahkan ada salah seorang dari sahabat Rasulullah SAW yang merasa khawatir tidak dapat bertemu beliau SAW meskipun ia telah dijamin surge yaitu saat mengingat kematian yang akan mendatanginya dan kematian Rasulullah SAW. Sesungguhnya mencintai nabi Muhammad SAW adalah wajib, melebihi kecintaan kita terhadap diri kita sendiri, orang tua, anak, keluarga, harta benda, bahkan seluruh manusia. Dan salah satu tanda seseorang yang mencintai Rasulullah SAW adalah berharap yang sangat akan pertemuan dengan beliau SAW serta menyertainya. Dan kehilangan keduanya adalah adalah lebih berat baginya dari kehilangan apapun di dunia ini.
Sebagai seorang Muslim, hendaknya kita bersyukur atas nikmat Allah yang besar ini, dengan menunaikan apa-apa yang menjadi hak-hak Rasulullah SAW dengan benar. Sikap kita sebagai seorang Muslim dalam menunaikan hak-hak Rasulullah SAW sebagai bukti cinta kita kepada beliau, adalah sebagai berikut:
1. Mentaati perintah dan larangannya. Sebagai seorang Muslim, kita wajib mentaati perintah dan larangan Rasulullah SAW, karena Rasulullah SAW juga bersabda: “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan?” Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menaatiku, maka akan masuk surga. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang termasuk enggan (masuk surga).” (HR. Bukhârî dan Muslim).
2. Mencintai dan membela sunnah-sunnahnya. Bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW adalah dengan bersemangat melaksanakan dan membela sunnah-sunnah beliau dengan cara-cara yang benar, serta mencukupkan diri terhadap apa yang beliau ajarkan, atau tidak mengada-adakan sesuatu yang memang tidak diperintahkan Nabi SAW.
3. Mencintai Keluarganya dan Para Sahabatnya. Keluarga dan sahabat-sahabat Nabi SAW memiliki kedudukan yang tinggi dan dan keutamaan yang besar. Mereka adalah para pendamping Rasulullah SAW dalam memperjuangkan agama yang mulia ini, sehingga kita semua wajib mencintai mereka karena itu bagian dari keimanan. Mencintai mereka berarti mencintai Nabi SAW, dan membenci mereka sama saja membenci Nabi SAW.
4. Mendahulukan Perkataanya dan Beradab dengannya. Semua perkataan dan pendapat bisa diterima dan ditolak kecuali sabda Rasulullah SAW. Para sahabat menyadari, betapa agungnya dan mulianya Rasulullah SAW, sehingga ketika mereka menghadapi persoalan, meraka langsung bertanya kepada Rasulullah SAW. Sepeninggal Rasululah SAW, maka di antara cara untuk mengagungkan dan memuliakannya adalah dengan mengembalikan semua urusan agama kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW yang shahih serta tidak meninggalkannya hanya karena alasan mengikuti pemimpin, kyai atau orang-orang tertentu. Karena Allah SWT berfimran di dalam Al-Qur’an:
          •   •    
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Hujurot 1). (Maman Imanulhaq, 2008)
Jangan harap bisa dicintai Allah jika tidak mencintai Rosulullah SAW. Jangan harap bisa mendapatkan ridho Allah jika tidak mengikuti Rosulullah SAW. Jangan harap mendapatkan surga Allah jika tidak mencontoh akhlak dan sunnah Rosulullah. Jangan harap bisa bertemu dengan Allah jika tidak mendapatkan syafaat dari Rosulullah terlebih dahulu. Oleh karena itu mari kita tanamkan kepada hati kita untuk selalu mencintai Rosulullah. Sesungguhnya Allah dan para malaikat itu sangat mencintai Rosulullah SAW.
Demikian beberapa penjelasan yang telah saya sampaikan. Semoga dengan adanya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini mampu membuat serta meningkatkan kecintaan kita terhadap Nabi besar Muhammad SAW, sehingga kita di berkahi Allah dengan khusnul khotimah, serta semoga kelak di akherat nanti kita mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Saw, sehingga kita dimasukan di surga Allah dan dapat berjumpa dengan Allah SWT. Amin ya robbal alamiin..
Saya sebagai manusia biasa apabiala ada tutur kata yang salah dan kurang berkenan, saya mohon maaf yang sebesarnya,
Wallahulmuwafiq ila aqwa miththoriq
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Maman Imanulhaq, Zikir Cinta, Jakarta : Kompas, 2008
Al khaibawi Usman, Duratun Nasihin, Semarang : Al Munawar.
Lings Martin, Muhammad, Jakarta: Serambi, 2008
Fitriani, Wasiat Rosulullah SAW, Jakarta : Pustaka Indonesia, 2006